Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta berencana menggelar ketoprak dakwah.
Ketoprak yang menampilkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin ini menampilkan judul Jumedhuling Suryo Ora Tau Owah atau Raden Paku atau cerita tentang awal munculnya pergerakan Muhammadiyah.
Brisman HS, Sutradara Ketoprak Akbar PDM Kota Yogyakarta ini menjelaskan, acara akan diawali dengan suara adzan khas Masjid Kauman Yogyakarta. Setelah adzan baru dilakukan pementasan adegan demi adegan ketoprak dengan cerita Ratu Paku ini.
Brisman mengungkapkan Din Syamsuddin akan memerankan Ki Ajar yaitu seorang ulama besar di Kerajaan Blambangan. Din memiliki sejumlah santri yang diperankan H Haryadi Suyuti (Wali Kota Yogyakarta), Herry Zudianto (mantan Wali Kota Yogyakarta), H Immawan Wahyudi (Wakil Bupati Gunungkidul).
Selain itu, Kasiyarno (Rektor Universitas Ahmad Dahlan), Bambang Cipto (Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Hj Sri Surya Widati (Bupati Bantul), H Hasto Wardoyo (Bupati Kulonprogo), H Sri Purnomo (Bupati Sleman), dan Aris Madani (Ketua PDM Kota Yogyakarta).
Meskipun menjadi tokoh agama, kata Brisman, Ki Ajar tidak berani berdakwah secara terang-terangan karena ada tekanan dari Kerajaan Blambangan. Bahkan sudah ada kasus yaitu suami isteri Syech Maulana Ishak dan Sekar Sembuyu diusir dari kerajaan tersebut karena diketahui menyebarkan agama Islam.
Syech Maulana Ishak diusir ke Negara Persia, sedang isterinya Sekar Sembuyu setelah melahirkan anak laki-laki diusir dari kerajaan Blambangan.
Anak laki-lakinya dibuang ke laut yang kemudian ditemukan Nyi Ageng Ternate (Yati Pesek). Anak laki-laki yang diberi nama Ratu Paku ini diasuh Nyi Ageng Ternate dengan ajaran agama Islam.
Nyi Ageng Ternate menginginkan agar Ratu Paku bisa melanjutkan pendidikan Islam yang lebih bagus. Kemudian ia mengirim Ratu Paku untuk belajar di Pondok Pesantren Sunan Ampel Surabaya.
Di Pondok Pesantren ini, Ratu Paku bersahabat dengan Maudun Ibrahim putra pimpinan Ponpes tersebut. Setelah dinilai sudah tamat, keduanya diminta untuk melanjutkan belajarnya ke tanah Arab.
“Namun untuk bisa melanjutkan pendidikan di Arab, Ratu Paku diminta untuk berpamitan kepada kedua orangtuanya. Ratu Paku menjadi bingung, karena dia tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya.
Karena itu, dalam perjalanan mencari kedua orangtuanya, Ratu Paku melakukan dakwah terhadap masyarakat yang dilewatinya,” kata Brisman.
Sementara Ketua PDM Kota Yogyakarta, Aris Madani mengatakan ketoprak berdurasi dua jam ini akan ditampilkan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta selama dua hari Rabu dan Kamis (24-25/12).
Untuk mementaskan ketoprak akbar ini membutuhkan dana sebesar Rp 163 juta dan seluruhnya berasal dari anggot Muhammadiyah.
Ketoprak yang menampilkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin ini menampilkan judul Jumedhuling Suryo Ora Tau Owah atau Raden Paku atau cerita tentang awal munculnya pergerakan Muhammadiyah.
Brisman HS, Sutradara Ketoprak Akbar PDM Kota Yogyakarta ini menjelaskan, acara akan diawali dengan suara adzan khas Masjid Kauman Yogyakarta. Setelah adzan baru dilakukan pementasan adegan demi adegan ketoprak dengan cerita Ratu Paku ini.
Brisman mengungkapkan Din Syamsuddin akan memerankan Ki Ajar yaitu seorang ulama besar di Kerajaan Blambangan. Din memiliki sejumlah santri yang diperankan H Haryadi Suyuti (Wali Kota Yogyakarta), Herry Zudianto (mantan Wali Kota Yogyakarta), H Immawan Wahyudi (Wakil Bupati Gunungkidul).
Selain itu, Kasiyarno (Rektor Universitas Ahmad Dahlan), Bambang Cipto (Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Hj Sri Surya Widati (Bupati Bantul), H Hasto Wardoyo (Bupati Kulonprogo), H Sri Purnomo (Bupati Sleman), dan Aris Madani (Ketua PDM Kota Yogyakarta).
Meskipun menjadi tokoh agama, kata Brisman, Ki Ajar tidak berani berdakwah secara terang-terangan karena ada tekanan dari Kerajaan Blambangan. Bahkan sudah ada kasus yaitu suami isteri Syech Maulana Ishak dan Sekar Sembuyu diusir dari kerajaan tersebut karena diketahui menyebarkan agama Islam.
Syech Maulana Ishak diusir ke Negara Persia, sedang isterinya Sekar Sembuyu setelah melahirkan anak laki-laki diusir dari kerajaan Blambangan.
Anak laki-lakinya dibuang ke laut yang kemudian ditemukan Nyi Ageng Ternate (Yati Pesek). Anak laki-laki yang diberi nama Ratu Paku ini diasuh Nyi Ageng Ternate dengan ajaran agama Islam.
Nyi Ageng Ternate menginginkan agar Ratu Paku bisa melanjutkan pendidikan Islam yang lebih bagus. Kemudian ia mengirim Ratu Paku untuk belajar di Pondok Pesantren Sunan Ampel Surabaya.
Di Pondok Pesantren ini, Ratu Paku bersahabat dengan Maudun Ibrahim putra pimpinan Ponpes tersebut. Setelah dinilai sudah tamat, keduanya diminta untuk melanjutkan belajarnya ke tanah Arab.
“Namun untuk bisa melanjutkan pendidikan di Arab, Ratu Paku diminta untuk berpamitan kepada kedua orangtuanya. Ratu Paku menjadi bingung, karena dia tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya.
Karena itu, dalam perjalanan mencari kedua orangtuanya, Ratu Paku melakukan dakwah terhadap masyarakat yang dilewatinya,” kata Brisman.
Sementara Ketua PDM Kota Yogyakarta, Aris Madani mengatakan ketoprak berdurasi dua jam ini akan ditampilkan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta selama dua hari Rabu dan Kamis (24-25/12).
Untuk mementaskan ketoprak akbar ini membutuhkan dana sebesar Rp 163 juta dan seluruhnya berasal dari anggot Muhammadiyah.